Dengkur dan Risiko Stroke-Hipertensi-Jantung

APAKAH pasangan Anda mendengkur saat tidur? Saat ini banyak sekali orang yang mendengkur saat tidur. Kita tidak sadar, tetapi pasangan kita tentu terganggu dengan aktivitas ngorok itu.

Lebih berbahaya lagi, ternyata kebiasaan mendengkur (snoring) dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, hipertensi, dan serangan jantung.
Mendengkur merupakan gejala utama dari penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA). Mendengkur terjadi karena aliran udara melalui sumbatan parsial saluran nafas pada bagian belakang hidung dan mulut yang terjadi saat tidur. Sedangkan OSA merupakan sebuah gangguan tidur yang berarti henti nafas (apnea) saat tidur dengan gejala utama mendengkur.
Proses Dengkur Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau palatum.

Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan nafas pada waktu tidur di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah, dan palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.

OSA ditandai dengan kolaps berulang dari saluran nafas atas, baik komplet maupun parsial, selama tidur. Akibatnya, aliran udara pernafasan berkurang (hipopnea) atau terhenti (apnea), sehingga terjadi desaturasi oksigen (hipoksemia) dan penderita berkali-kali terjaga (arousal).

Kadang-kadang penderita benar-benar terbangun pada saat apnea di mana mereka merasa tercekik. Lebih sering penderita tidak sampai terbangun tetapi terjadi partial arousal yang berulang, berakibat pada berkurangnya tidur dalam atau tidur gelombang lambat.
Komplikasi OSA dapat menaikkan risiko hipertensi. Sebuah penelitian di Amerika Serikat (The Sleep Heart Study) yang dilakukan pada 6.000 individu memperlihatkan asosiasi independen yang jelas antara OSA dan hipertensi, dan prevalensi hipertensi meningkat sesuai dengan beratnya OSA.

Mekanisme terjadinya hipertensi diduga sebagai akibat stimulasi saraf simpatis yang berulang-ulang yang terjadi pada setiap akhir fase obstruktif dan disfungsi sel-sel endotel.

OSA juga dapat menaikkan risiko serangan jantung. Beberapa penelitian memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan antara OSA denga infark miokard (serangan jantung).

Mekanismenya diduga melalui efek tidak langsung dari hipertensi, aterosklerosis, desaturasi oksigen, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, peningkatan koagulopati dan respons inflamasi.

Selain hipertensi dan serangan jantung, ternyata OSA juga berpengaruh dalam kejadian stroke. Dalam penelitian yang dilakukan Yaggi dkk dalam New England Journal of Medicine disebutkan, OSA secara signifikan meningkatkan risiko stroke dan kematian serta hipertensi.

Kemungkinan peran OSA dalam patogenesis stroke di antaranya melalui proses aterosklerosis, hipertensi, berkurangnya perfusi serebral akibat penebalan dinding arteri karotis, output jantung yang rendah, peningkatan koagulopati dan peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah.
Pencegahan Oleh karena itu, bagi penderita yang mempunyai gejala mendengkur, alangkah baiknya sebelum terjadi komplikasi-komplikasi diatas mengontrol dirinya ke dokter. Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala mendengkur:

Pertama, turunkan berat badan bagi penderita obesitas. Kedua, ubah posisi tidur dari terlentang menjadi miring atau telungkup. Ketiga, kurangi rokok dan alkohol. Keempat, kontrol ke dokter spesialis THT. Semoga bermanfaat! (32)

—Anwarusy Syamsi SKed dan dokter Noer Ali Udin SpTHT-KL, staf pengajar Kepaniteraan Klinik FK-UMY.
dapat diakses di http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/06/75546/Dengkur.dan.Risiko.Stroke.Hipertensi.Jantung

Obstructive Sleep Apne

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tidur adalah suatu proses fundamental yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Manusia dewasa memerlukan tidur rata-rata 6-8 jam/hari. Gangguan tidur lebih sering ditemukan pada pria, mulai dari sleep walking, sleep paralysis, insomnia, narkolepsi, sampai sleep apnea. Bentuk gangguan tidur yang paling sering ditemukan adalah sleep apnea (henti nafas pada waktu tidur), dan gejala yang paling sering timbul pada sleep apnea adalah mendengkur.1

Mendengkur merupakan masalah sosial dan masalah kesehatan. Mendengkur merupakan masalah yang mengganggu pasangan tidur, menyebabkan terganggunya pergaulan, menurunnya produktivitas, peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas dan peningkatan biaya kesehatan pada penderita OSA. Pendengkur berat lebih mudah menderita hipertensi, stroke dan penyakit jantung dibandingkan orang yang tidak mendengkur dengan umur dan berat badan yang sama.2,3,4

Menurut studi yang ada, mendengkur dan OSA meningkatkan risiko hipertensi dua hingga tiga kali, serta meningkatkan risiko dua kali lipat penyakit koroner atau serangan jantung. Pendengkur dan penderita OSA juga berisiko terserang stroke dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak dengan OSA dan mendengkur.

Mendengkur dan OSA umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama pria, usia pertengahan, dan obesitas. Di Amerika Serikat, prevalensi OSA pada kelompok usia di bawah 40 tahun adalah 25 persen pria dan 10 hingga 15 persen perempuan. Adapun pada kelompok usia di atas 40 tahun, prevalensinya mencapai 60 persen pada pria dan 40 persen pada perempuan.5

Baca lebih lanjut