SUKSES SEJATI

SUKSES SEJATI

Oleh : Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)***

Sukses sejati adalah ketika ketika engkau mati dan bertemu Allah,

Dia menyambutmu dengan ramah karena senang dan rida kepadamu.

Tidak peduli engkau kaya, miskin, tengah-tengah atau ganti-ganti.

Bukan kaya raya, punya mobil mewah, rumah bagus, anak yang dibanggakan nan dipamerkan, atau jabatan mentereng.

Sebab ini definisi sukses ala kapitalis dan materialis, bukan sukses yang diajarkan para nabi dan rasul.

Sukses sejati itu yang seharusnya kita kejar. Bukan sukses dalam definisi kaum yang tidak mengenal Allah dan hari akhir itu.Allah berfirman,{وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 72]

Artinya,“Rida dari Allah itulah yang terbesar. Itukah kesuksesan yang agung” (al-Taubah:72)

FENOMENA ANTAGONIS AKHIR ZAMAN

Ini tulisan bagus dari Gus Mus, sangat baik untuk direnungkan :

● Banyak rumah semakin besar,
tapi keluarganya semakin kecil.

● Gelar semakin tinggi,
akal sehat semakin rendah.

● Pengobatan semakin canggih,
kesehatan semakin buruk.

● Travelling keliling dunia,
tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.

● Penghasilan semakin meningkat,
ketenteraman jiwa semakin berkurang.

● Kualitas Ilmu semakin tinggi,
kualitas emosi semakin rendah.

● Jumlah Manusia semakin banyak,
rasa kemanusiaan semakin menipis.

● Pengetahuan semakin bagus,
kearifan semakin berkurang.

● Perselingkuhan semakin marak,
kesetiaan semakin punah.

● Semakin banyak teman di dunia maya,
tapi tidak punya sahabat yang sejati.

● Minuman semakin banyak jenisnya,
air bersih semakin berkurang jumlahnya.

● Pakai jam tangan mahal,
tapi tak pernah tepat waktu.

● Ilmu semakin tersebar,
adab dan akhlak semakin lenyap.

● Belajar semakin mudah,
guru semakin tidak dihargai.

● Teknologi Informasi semakin canggih,
fitnah dan aib semakin tersebar.

● Orang yang rendah ilmu banyak bicara,
orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.

● Tontonan semakin banyak,
tuntunan semakin berkurang. Akhirnya tontonan jadi tuntunan.

Kayaknya sekarang sudah marak terjadi,
semoga kita termasuk orang yang tetap eling lan waspada

Hukum membuat sholawat kepada nabi muhammad

Bentuk shalawat ada dua macam, yaitu Shalawat Ma’tsur dan Shalawat Ghoiru Ma’tsur . Kalau terhadap Shalawat Ma’tsur, artinya shalawat yang diajarkan oleh Nabi SAW jelas tidak menimbulkan persoalan apapun, baik susunan maupun hukum pengamalanya . Namun Shalawat Ghoiru Ma’tsur shalawat tidaklah diterima begitu saja di kalangan ulama.Karena itu, timbullah permasalahan, bolehkan seseorang mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan oleh Rasululloh SAW ? .Dalam hal ini ulama Ahlussunnah Wal Jamaah menyatakan boleh mengamalkan shalawat – shalawat yang disusun para ulama dan auliya .dan bahkan disunnahkan sebagai paradigma umum yang mengakui adanya bid’ah hasanah. Pandangan inilah yang dianut oleh mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jamaah.
Namun permasalahan hukum bolehnya mengamalkan shalawat ghairu ma’tsur itu pada akhir – akhir ini rupanya diusik kembali dengan munculnya tuduhan yang dilancarkan oleh H.Mahrus Ali terhadap keberadaan shalawat – shalawat itu melalui bukunya “ Mantan Kiai NU Menggugas Shalawat dan Dzikir Syirik” . Menurutnya, setiap shalawat yang tidak pernah dibaca dan diajarkan oleh Rasululloh SAW dan para shahabatnya adalah bid’ah, syirik, kufur, harus dibuang jauh – jauh , pembacanya hraus bertaubat dan tidak membaca lagi.
Kita kutip salah satu komentar H.Mahrus Ali yang menyatakan kebid’ahan shalawat Nariyah misalnya,“ Kita buang shalawat bid’ah itu dan kita bertobat untuk tidak membacanya lagi” . H.Mahrus Ali memandang semua shalawat yang tidak pernah dibaca dan diajarkan Nabi adalah bid’ah dan harus dibuang.
Dan diakhir pembahasan ia mengutip pendapat Syekh Muhammad bin Shaleh Al- Utsaimin, dimana dinyatakan oleh Al- Utsaimin: Orang – orang yang mengada- ada dzikir dan shalawat tanpa dalil dari hadits Nabi SAW menyatakan bahwa Nabi adalah sayyid. Padahal arti dan makna dalam kandungan kata “ sayyid” adalah tidak diperkenankan bagi seorang untuk menambah atau mengurangi syari’atnya. Hendaklah seseorang memperhatikan apa yang dikatakan hingga persoalanya jelas dan dia tahu bahwa dirinya ikut pada Rasululloh SAW dan tidak mengada- ada syari’at .
Pernyataan ini sempat meresahkan masyarakat, terutama dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah ribuan tahun mengamalkanya dan senang dengan amalan shalawat tersebut. Bahkan gara –gara buku, banyak anak mudah NU mulai bimbang dengaan amaliah yang selama ini mereka jalankan.

Baca lebih lanjut

Jalan Kita Bukan Jalan Melaknat, menuduh dan mencaci..

Berikut adalah saduran taushiyyah al-Habib Umar bin Hafidz yang meruntuhkan penyakit hati.
Di hadapan kita ada qudwah (teladan), Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang mukmin tidak melaknat, menuduh dan berkata keji.” “Aku tidak diutus sebagai pelaknat ataupun berteriak-teriak di pasar.”
Baginda Saw. bukan pencaci, bukan pula pelaknat. Begitu juga dengan pengikut baginda dari kalangan ulama, tidak ada diantara mereka pelaknat yang suka melaknat orang. Bukan juga pencaci, yang mencaci bahkan terhadap orang awam. Apatah lagi terhadap para ulama, terlebih lagi para sahabat Nabi Saw. dan tabi’in.  Mereka (para sahabat dan tabi’in) adalah sumurnya penghargaan, asas kehormatan.
Metode (dakwah) yang baik dan benar tidak ada caci maki sama sekali. Nabi Saw. tidak diutus untuk mencaci dan memaki. Tidak pula seorang wali Allah bertugas untuk mencaci atau memaki. Tidak pula berdiri hakikat ilmu dengan caci maki sama sekali!
Tidaklah berdiri suatu madzhab dengan caci maki kecuali madzhab iblis dan madzhab pengikut iblis, pada setiap waktu dan masa. Merekalah yang terbiasa meneruskan tradisi caci maki terhadap manusia, melaknat manusia, memancing emosi dan menanam kebencian di antara umat Islam.
Adapun para Nabi, para ulama dan para wali, mereka menebar kasih, menyebar persaudaraan, menyebarkan akhlaq, menyebarkan kesucian hati, menyebarkan sikap menghargai, selalu menetapkan batasan, mengekang hawa nafsu, bersifat sabar dan menahan amarah. Inilah jalan yang ditempuh para nabi, para wali, para ulama dan orang-orang shaleh.

Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2013/09/jalan-kita-bukan-jalan-melaknat-menuduh.html#ixzz2nJGQp7ZG

Fakta mengenai air kencing bayi

Fakta Menakjubkan Dibalik Air Kencing Bayi Laki-Laki Dan Perempuan ||::.
foto-gambar-bayi-lucu-imut

“Air kencing bayi laki-laki (dibersihkan dengan) disiram/diperciki air dan air kencing bayi perempuan dicuci.” Qatadah rahimahullah berkata:” Ini kalau keduanya belum memakan makanan, sedangkan jika sudah memakan makanan maka dicuci air kencing dari keduanya.” (HR. Ahmad dalam Musnad beliau no. 563, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu’aib al-Arna’uth dalam Ta’liq beliau terhadap al-Musnad)
.

ISLAM telah merinci dengan perincian yang sangat rinci dalam masalah najis. Karena sesungguhnya najis adalah tempat-tempat di mana di dalamnya terdapat banyak sumber penyakit.

Dalam Islam pembersihan/penyucian pun bermacam-macam. Hal itu tergantung pada jenis najis dan bentuknya.

Diantara najis-najis ada yang bisa dihilangkan dan dibersihkan dengan mencucinya dengan air—dan ini kebanyakannya—atau menuangkan air di atasnya. Dan diantaranya pula ada yang dibersihkan dengan menggosoknya dengan tanah, atau dengan menghilangkan atau dengan mengubahnya ke zat lain. Dan cara-cara lainnya untuk membersihkan.

Dan Islam membagi najis menjadi dua, yaitu najis mutawasitoh (sedang) dan mukhaffah (ringan). Dan dari pembedaan dan pembagian ini ada yang berkaitan dengan pembedaaan antara air kencing bayi laki-laki—yang hanya mengonsumi ASI saja—dengan air kencing bayi perempuan.

Islam menjadikan air kencing bayi laki-laki sebagai bagian dari najis mukhaffah (ringan) dan cukup dibersihkan dengan percikan air di atasnya, sementara syari’at menjadikan air kencing bayi wanita sebagai bagian dari mutawasitoh (sedang) dan tidak sempurna cara penyucian/pembersihannya kecuali dengan mencuci sisa-sisanya dengan air.

Tentang air kencing bayi laki-laki dan perempuan, sebuah eksperimen ilmiah modern telah mengungkap rahasia di balik pembedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan, dan menetapkan bahwasanya di sana ada perbedaan di antara keduanya.

Penelitian ilmiah modern –yang dilakukan di bidang ini- mengungkapkan adanya perbedaan antara urin (air kencing) bayi laki-laki dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari Universitas Dohuk, Irak. Dan kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Baca lebih lanjut