Amalan yang dapat menambah umur

Yang dapat menambah umur:

  1. Silaturrahmi
    Anas bin Malik mengabarkan kepadaku, bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturahmi.” (Muttafaq ‘alaih)
  2. Kebaikan
    Dari Salman (al-Farisi), ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaikan.” (HR. Al-Tirmidzi)
  3. Sedekah
    Diriwayatkan dari sahabat Amr bin Auf, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sedekah seorang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su’ul khotimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran, dan sifat berbangga diri darinya.” (HR. Thabrani)

apakah umur dapat bertambah?

Dalam menyikapi hal ini, para ulama terbagi menjadi 2 pendapat.

Pertama: umur benar-benar dapat bertambah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis.

Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, para ulama ahli tahqiq (muhaqqiqin) lebih memilih pendapat ini, di antaranya Ibnu Hazm, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, al-Syaukani, dan selainnya. Namun mereka berbeda dalam memberikan keterangan dan mengompromikannya:

  1. Bahwa penambahan umur sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis adalah berdasarkan catatan malaikat pencatat amal. Adapun yang disebutkan dalam ayat Alquran (yaitu tidak adanya penambahan umur) adalah berdasarkan ilmu Allah. Maka, makna hadis tersebut adalah: bahwa penundaan umur merupakan umur yang tercatat di dalam catatan malaikat, adapun umur yang berdasarkan ilmu Allah maka tidak dapat dimajukan atau ditunda. Ini merupakan pendapat Ibnu hajar, al-Baihaqi, Ibnu Hajar, al-Safarini, dan ‘Abdurrahman al-Sa’di.
  2. Pendapat kedua, bahwa makna hadis: Allah menjadikan silaturahmi sebagai sebab untuk panjangnya umur, sebagaimana seluruh amal (perbuatan) yang Allah perintahkan secara syariat, dan Allah telah mengatur balasan perbuatan-perbuatan tersebut dengan ketentuan tertentu. Maka barangsiapa mengetahui jika ia melakukan silaturahmi maka ajalnya menjadi (bertambah) sampai sekian, dan jika ia memutuskan silaturahmi ajalnya habis sampai sekian. Semuanya telah selesai ditulis/ditetapkan pada azali, dan pena (penulis takdir) telah kering.

Ini merupakan pendapat al-Thahawi, Qadhi ‘Iyadh, Ibnu Hazm, al-Zamakhsyari, al-Syaukani, al-Alusi dan Ibnu ‘Utsaimin.

Kedua: umur tidak dapat bertambah.

Sebagian ulama memahami bahwa hadis tersebut dipahami secara majazi, bukan hakiki. Namun mereka berbeda pendapat dalam memahami kata “bertambah” ke dalam beberapa pendapat:

  1. “Bertambah” merupakan kiasan dari berkahnya umur, disebabkan karena taufik (petunjuk) yang didapatkan oleh pelakunya kepada ketaatan, menjaga waktunya dengan perkara-perkara yang bermanfaat dan menghindarkan diri dari membuang-buang umur, sehingga ia mendapatkan (keberkahan) pada umurnya yang pendek, yang hal itu tidak didapatkan oleh orang yang umurnya panjang. Ini merupakan pendapat: Abu Hatim al-Sijistani, Ibn Hibbaan, al-Nawawi dan al-Thiibii.
  1. “Bertambah” merupakan kiasan dari abadinya pujian, namanya disebut-sebut dengan baik (kebaikannya senantiasa diingat), dan pahala yang berlipat ganda setelah wafatnya, sampai seolah-olah dia belum wafat. Ini pendapat Abu al-‘Abbas al-Qurthubi.
  2. “Bertambah umurnya”, dapat dimaknai sebagai bertambahnya pemahamannya, akalnya, dan pandangannya.
  3. “Bertambah” yang dimaksud adalah luas rezekinya dan sehat badannya.
  4. Maksud dari “bertambah” adalah ia memiliki keturunan yang saleh yang senantiasa mendoakannya. (sumber)

Pandangan pribadi kami:

ajal yang dapat di mundurkan adalah ajal mu’allaq atau ajal ghoiru musamma, sedangkan ajal musamma tentu tidak dapat di undur sebagaimana Allah berfirman:

surah Ali Imran ayat 145 :
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”

surah Al-A’raf ayat 34, dinyatakan: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”

kedua ayat diatas menunjukkan ajal musamma tidak dapat di undur waktunya dan itu ada dalam ilmu Allah

adapun ajal ghairu musamma, Allah berfirman:

“Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menentukan ajal (masa hidup tertentu) dan ada lagi ajal yang pasti (ajal musamma) di sisi-Nya” (Qs. Al-Anam: 2).

sebagaimana yang dilakukan Sayidina Umar bin Khattab, ketika beliau diberitahukan bahwa di suatu daerah terkena wabah penyakit, maka dia memilih untuk tidak memasuki daerah itu. Seseorang berkata kepadanya, “bukankah hal itu sudah ditakdirkan Tuhan dan kita menghindarinya?” Maka Sayidina Umar menjawab, “Saya menghindar dari takdir Tuhan untuk memasuki takdir Tuhan yang lainnya.”. Jawaban Sayidina Umar ini menunjukkan pemahaman beliau atas prinsip sebab-akibat dalam takdir ilahi, termasuk takdir kematian.

Sederhananya, ajal (kematian) memiliki potensi untuk mengalami penundaan karena adanya halangan yakni belum terpenuhi syarat atau sebabnya. Alquran menegaskan, “Allah menghapuskan dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitb” (Q.S. al-Rad : 39).

Tapi perlu di perhatikan juga, untuk apa kita menambah umur? untuk foya foya? menambah kecintaan dunia? jika hanya itu maka tidak bermanfaat umur kita. umur yang bermanfaat adalah umur yang digunakan untuk ibadah kepada Allah, menambah nilai kemanfaatan untuk makhluk Allah.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ  قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ 

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim]

hadist dari Ibnu Majah nomor 3915, Diriwayatkan mengenai tafsir mimpi dari seorang sahabat nabi  dari Quraisy yang bernama Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said atau yang dikenal dengan Thalhah bin Ubaidillah.

Thalhah menceritakan mengenai kisah dua pemuda yang pernah bertemu Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan menyatakan keislamannya, hingga akhirnya mereka wafat.

Thalhah bin Ubaidillah berkisah..

Ada dua orang dari daerah Baliy datang ke Rasulullah..

Keduanya pun masuk Islam..

Namun yang pertama lebih bersungguh-sungguh dari yang kedua..

Suatu ketika yang pertama ikut perang dan mati syahid..

Sedangkan yang kedua hidup setelahnya setahun lalu meninggal..

Thalhah berkata..

Lalu aku bermimpi seakan aku berada di sisi pintu surga..

Kedua orang itu ada di sana..

Keluarlah seseorang dari surga..

Ia menyuruh yang kedua untuk masuk surga..

Setelah itu yang pertama baru diizinkan masuk surga..

Lalu dikatakan kepadaku: “Pulanglah, belum waktunya untukmu..

Di pagi harinya Thalhah menceritakan mimpinya ke orang-orang..

Mereka merasa heran..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda..

Mengapa kalian heran?”

Mereka berkata: “Wahai Rasulullah..

Yang pertama lebih bersungguh-sungguh dan mati syahid..

Sedangkan yang kedua ternyata masuk surga dahulu ?”

Beliau bersabda: “Bukankah ia hidup setelahnya setahun?”

Bukankah ia mendapati Ramadhan dan sholat sekian banyak dalam setahun? Dalam riwayat ahmad: 1800 kali sholat..

Mereka berkata: “Benar.”

Beliau bersabda: “Derajat keduanya sejauh langit dan bumi..

maka inilah seharusnya niat seorang mukmin yang ingin panjang umurnya, agar digunakan untuk ibadah, ber amal sholih dan memberikan manfaat kepada sesama

Tadabbur Az Zukhruf 32

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentu kan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)

——–

Hikmah ayat:
1. Allah yang menentukan kadar penghidupan hamba di dunia

2. Allah melebihkan satu dengan yg lainnya, ada yg kaya ada yg miskin, ada yg kuat ada yg lemah, ada yg pandai ada yg bodoh, dll.

3. Sehingga bisa saling memanfaatkan yg lainnya, bisa saling membantu dg yg lainnya.

4. Rahmat Allah yaitu wahyu, jalan hidayah, mengikuti petunjuk Al Quran lebih baik dari kemewahan dunia yg fana.

AL KAHFI

Dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.”

(HR. Hakim, 2/399. Baihaqi, 3/29).

————————————–

Himah hadits:

Ada dua makna cahaya di antara dua Jumat

1. Cahaya Maknawi yaitu cahaya hidayah yang akan membimbing seorang mudah berbuat baik dan terlindungi dari perbuatan maksiat. Imam An Nawawi mengatakan “dia akan terhalang dari maksiat dan terhenti dari melakukan kejelekan dan mungkar lalu diberikan petunjuk kepada kebenaran”.

2. Cahaya hakiki, yaitu cahaya di akhirat, cahaya yang akan terpancar terang dari tubuhnya di hari kiamat kelak. Sesuai dengan hadis dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Nabi ﷺ bersabda,

من قرأ سورة الكهف في يوم الجمعة سطع له نور من تحت قدمه إلى عنان السماء يضيء له يوم القيامة، وغفر له ما بين الجمعتين

“Siapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka ia akan diterangi dari bawah kakinya sampai ke atas langit, Ia akan disinari cahaya di hari kiamat dan akan diampuni diantara dua Jum’at.”

(At-Targhib wat Tarhib, 1/29 )

Niat mencari Ilmu

hadits Anas secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

من تعلم العلم ليباهي به العلماء، أو ليجاري به السفهاء، أو ليصرف به وجوه الناس إليه، فهو في النار

‘Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk membanggakan diri di hadapan ulama atau untuk mendebat orang-orang  bodoh, atau agar dengan ilmunya tersebut semua manusia memberikan perhatian kepadanya, maka dia di neraka.’ [HR. Ibnu Majah]

hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا. رواه ابو داود, وابن ماجه و أحمد

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya surga pada hari kiamat.”

Dari kedua hadits diatas dapat kita ambil pelajarannya, yaitu pada saat kita akan menuntut ilmu, carilah rido Allah, ingin agar dekat dengan Nya, bukan untuk mencari duniawi atau kedudukan atau kesombongan.

Istighfar adalah solusi

Istighfar Sebagai Solusi Semua Masalah Hidup

Istighfar Sebagai Solusi Semua Masalah Hidup

Istigfar adalah salah satu zikir yang sering kita lupakan dalam keseharian kita. Padahal, zikir ini adalah zikir yang sangat luar biasa. Di samping sebagai penghapus dosa, ternyata istigfar itu memiliki manfaat lain. Dengan beristigfar, Allah akan menghilangkan kesulitan yang melanda kita. Marilah kita resapi kisah berikut.

Alkisah, seorang ibu menceritakan kisah hidupnya.

Di usiaku yang ke-30, aku diuji dengan cobaan yang berat. Suamiku meninggal dan mewariskan 5 orang yang masih kecil. Semasa hidup, mendiang adalah tulang punggung keluarga, sementara aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Tugas utamaku adalah sebagai istri yang berbakti dan ibu rumah tangga bagi anak-anak kami.

Meskipun penghasilan suamiku tidak banyak, tapi cukup untuk hidup sehari-hari. Hidup kami terasa begitu bahagia. Sampai hari nahas itu tiba, suamiku pergi menghadap Sang Pencipta. Semuanya begitu mendadak dan mengejutkan. Sungguh, Setelah itu kondisi keluarga kami berubah 180 derajat. Dunia serta merta menjadi gelap gulita di mataku. Aku pun tak henti menangis sejak saat itu, sampai-sampai mataku ini terasa berat.

Aku terus meratapi nasibku yang terasa begitu buruk dan berat. Yang terberat tentu saja beban hidup keluargaku. Kondisi keuangan semakin menipis, sementara pemasukan sudah tidak ada lagi. Hanya ada sedikit harta peninggalan mendiang. Aku-pun berusaha menggunakannya sehemat mungkin. Mungkin kelemahan antisipasi dan kekurang-siapan terhadap kondisi tak terduga seperti inilah, yang membuatku begitu berat. Sampai-sampai aku lupa bahwa penjamin rezeki kami bukanlah suami, orang tua, atau siapapun. Melainkan Dia, Allah semata.”

Suatu hari saat berada di dalam kamar, aku mendengarkan siaran radio Idza’ataul Qur’an Al-Karim. Seorang syekh membawakan sebuah hadis yang bermakna:

“Barangsiapa tak henti membaca istigfar, niscaya Allah akan mengadakan baginya solusi untuk setiap himpitan hidup, jalan keluar untuk setiap kepedihan, kebebasan, serta rezeki, secara tidak disangka-sangka.'”

Demi Allah. Setelah mendengar hadis tersebut dibacakan, semangat hidupku bangkit kembali dan harapan pun muncul, bahkan menguat. Sejak saat itu aku berazam untuk mengamalkan hadis tersebut dengan penuh keyakinan. Aku mulai melafazkan istigfar kepada Allah sebanyak-banyaknya, hampir tiada putus. Kuajari pula anak-anakku untuk melakukan amalan yang sama.

Berbulan-bulan kami terus-menerus melakukannya, setiap hari dengan penuh pengharapan. Kami menjaga agar kami tidak putus asa, kami bahkan telah menikmatinya. Saat amalan istigfar kami genap 6 bulan, Alhamdulillah, keajaiban itu-pun datang.”

Tepat seperti kata hadis,‘… secara tidak disangka-sangka.’ Ya, tiba-tiba kami menerima berita tentang sebuah proyek pembangunan. Proyek itu dikerjakan di wilayah sekitar tanah kami yang sudah lama sekali “menganggur” karena lokasinya yang tidak strategis. Tanah kami pun dijual dan kami mendapatkan ganti yang cukup besar. Allahu Akbar. Sungguh samudera rahmat dan rahasia hikmah Allah memang benar-benar tidak ada yang bisa menyamainya. Puji dan syukur kami kepada-Mu, Ya Allah, juga ampunilah segala kelemahan dan dosa-dosa kami.

Perlahan tapi pasti, kehidupan keluarga kami berubah. Keceriaan kembali menghiasi hari-hari kami. Kesedihanku sirna, tergantikan oleh kebahagiaan yang tiada terkira, khususnya oleh perkembangan anak-anakku yang tidak sekadar baik, bahkan membanggakan. Karena di samping tubuh sehat dan berakhlak mulia, mereka pun berprestasi gemilang dalam pendidikan. Ada yang meraih rangking pertama, dan ada juga yang hafiz Al-Qur’an 30 juz. Subhanalah.

Jika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin. Sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. bahwa jika Allah sudah berkenan menolong, maka datangnya pertolongan Allah di luar dugaan atau tak terbayangkan sebelumnya.

Kiranya kita dapat mengambil pelajaran dari kisah di atas, dan ikut melazimkan istigfar dalam kehidupan sehari-hari. Jikalau kita sedang menghadapi masalah yang sangat berat, mudah-mudahan Allah berkenan mengangkatnya. Aamiin yaa Allaah yaa Rabbal ‘aalamiin.

Oleh: Abdullah al-Marwi (Jambi)